Custom Search
Talang Bamiang Join 4Shared Now!

Saturday, March 28, 2009

Global Warming and.....Fan

Global warming dan Kipas apa hubungannya?
Orang zaman sekarang boleh ramai bicara soal global warming, tapi keberadaan kipas, rupanya tak ada hubungannya dengan fenomena alam yang konon membuat bumi semakin terasa gerah. Buktinya, kipas sudah dikenal dalam kebudayaan masa silam seperti Romawi kuno, Mesir, Yunani, atau Cina. Bukti paling awal, kipas ditemukan pada waktu penggalian mumi Tutankhamun, raja Mesir yang hidup pada abad ke-13 SM.
Kalau Anda pernah melihat adegan di film tentang raja masa silam yang dikipasi dayang-dayang, kira-kira memang mirip itu gambaran aslinya. Kipas para raja di istanan, seperti dari kerajaan Mesir dan Cina, kebanyakan terbuat dari bulu burung merak. Bulunya juga bukan sembarangan. Terutama yang bermotif seperti mata "Mata Hera dalam Film Hercules". Karena dipercaya melambangkan perlindungan terhadap pemiliknya.
Ketika kipas jadi bagian dari mode, di Eropa abad pertengahan, bahan yang dipakai menjadi sangat bervariatif, karena disesuaikan dengan busana pemakainya, "dalam Sinetron Littlle Missy". Ada bahan kertas, renda, sutra, atau aneka tekstil lainnya. Sebelum kertas dan kain lazim dipakai, kipas malah sempat dibuat dari kulit binatang (vellum) seperti kulit antelop, rusa, atau kambing. Kipas kulit yang dilukis ini umumnya buatan abad ke-16 dan 17.
Gagang kipas juga dibuat dari bahan yang tak kalah mewah. Bisa dari kulit tempurung kura-kura, gading, tulang, kulit kerang, logam, atau kayu terbaik. Kipas juga dirancang sangat dekoratif, dihiasi permata, dipernis, atau disepuh. Maklum yang punya pada waktu itu adalah kaum bangsawan.
Melewati sekian zaman, bentuk kipas sebenarnya tak banyak berubah, atau seperti kipas yang bisa kita lihat sampai sekarang. Terdiri dari beberapa daun kipas, kalau dibuka berbentuk setengah lingkaran. Ada pula jenis kipas yang daun-daunnya disatukan dengan bahan tertentu. Biasanya bahan yang biasa dihias. Ada lagi kipas jenis cockade, yang ketika dibuka bentuk daun-daunnya berupa lingkarang penuh.
Bahkan di Cina dulu kipas juga dijadikan sebagai tameng dan senjata bagi pendekar-pendekar Cina.
Pada sekitar abad ke-16, kipas juga menjadi bagian penting dari pergaulan. Terutama antar pria dan wanita, di acara-acara pesta. Mungkin karena saat itu belum ada layanan pesan singkat atau SMS, kipaslah yang jadi alat komunikasinya. Gerakan-gerakan kipas dipakai untuk memberi kode-kode tertentu kepada seseorang.
Tentu saja pembicaraan nyambung, antara pria dan wanita harus sama-sama tahu setiap gerakan dan artinya.
Bahasa gaul ala kipas ini pun menjadi bahasa setengah resmi, karena panduannya bisa dilihat di buku-buku etiket pergaulan. Salah satunya The Original Fanology or Ladies Conversation Fan karangan Charles Francis Badini yang diterbitkan di London tahun 1797.

Beberapa contoh bahasa gaul ala jadul itu.
Misalnya;
  • Membawa kipas terbuka dengan tangan kiri = datang dan ngobrol yuk
  • Membuka kipas lebar-lebar = tunggu aku
  • Kipas setengah tertutup ditekan ke bibir = kamu boleh cium aku
  • Memutar kipas dengan tangan kiri = awas, kita sedang diperhatikan!
  • Menjatuhkan kipas = kita berteman saja

Sumber tulisan : majalah Intisari Juni 2008

No comments:

Post a Comment

Newbie

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner